Kamis, 15 September 2011

Si Rompi Biru Melawan hujan

Pengunjung Monumen Nasional yang sedang berkeliaran di pintu masuk menuju ke dalam tugu Monas
Kamera digital sederhana dan printer kecil menemani pria berompi biru di sekitar Monumen Nasional, Jakarta. Di bawah terik matahari siang yang panas, sekitar pukul satu siang, ia bersama beberapa kawannya duduk di bawah pohon kecil. Kawannya bukan menjual jasa foto, tetapi menjajakan berbagai aksesori yang berhubungan dengan Monumen Nasional atau biasa disebut Monas.

Jumat, 09 September 2011

Cissy Rachiana Sudjana Prawira :Lingkungan Si Kecil Mempengaruhi Pneumonia


Pneumonia (radang paru-paru) masih menjadi ancaman besar dan penyebab utama kematian balita. Upaya pengendalian pneumonia dapat berkontibusi besar terhadap penurunan angka kematian bayi.
ketua umum Pengurus Pusat IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), Badriul hegar mengatakan, penyakit infeksi masih menjadi permasalahan kesehatan anak berusia lima tahun (balita) di indonesia. Salah satunya adalah pneumonia.
Pneumonia merupakan penyebab tunggal kematian pada anak di dunia. “Di Indonesia, pneumonia menjadi penyebab kematian nomor dua setelah diare, baik untuk bayi di bawah satu tahun (12,7 persen) dan bayi dibawah lima tahun (13,2 persen). Perbaikan kesehatan anak balita cenderung stagnan,” ujarnya (Kompas, 9/11)
Perkembangan pneumonia ini semakin meningkat setiap tahunnya, berarti tiap tahun akan bertambah bayi dan balita yang akan menyerah pada pneumonia. Berarti harus ada langkah-langkah yang diambil untuk masalah ini. Lalu, langkah-langkah seperti apa? Bagaimana penularan pneumonia ini sehingga banyak sekali bayi dan balita yang tertular? Pencegahan yang harus dilakukan serta pengobatan bila sidah terjangkit pneumonia?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mahasiswa Fikom Unpad, Surya Rianto, mewawancarai Cissy Rachiana Sudjana Prawira, Prof., Ph.D., M.D. , ahli ilmu kesehatan anak di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Direktur Utama dari Rumah Sakit Umum Hasan Sadikin (2001-2009) ini meraih gelar Ph.D pada tahun 1993 di Catholic University of Leuven, Belgia juga menulis artikel di media massa seperti Pikiran Rakyat.
Berikut petikan wawancara kami dengan Cissy Rachiana Sudjana Prawira di kantornya, Rumah Sakit Umum Hasan Sadikit Bagian Kesehatan Anak, Bandung, Jawa Barat Pkl. 11.30 WIB (16/11) :

Meilina Kartika Kadir : “Diskriminasi Itu Tidak Ada”





Permasalahan perempuan masih menjadi polemik di seluruh dunia. Dari kekerasan hingga diskriminasi diterima perempuan, terutama di Negara berkembang. Namun, dalam kondisi keadaan perempuan yang menurut persepsi perempuan tertindas dan terdiskriminasi, lahirlah tokoh-tokoh perempuan di berbagai Negara. Tokoh perempuan ini yang membuat beberapa perempuan menjadi semangat dan merasa bahwa mereka juga bisa untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi orang banyak.
Perempuan sebelum memasuki awal tahun 2000-an tidak menguasai kursi pemerintahan. Perempuan seperti tidak diberi tempat untuk membela rakyat dan kaum perempuan di kursi eksekutif ataupu legislative. Pada era presiden Megawati, perempuan sudah mulai  sedikit memiliki peran di kursi pemerintahan. Walaupun, sudah banyak perempuan yang duduk di kursi pemerintahan. Akan tetapi, permasalahan belum terselesaikan juga, masih banyak kekerasan terhadap perempuan yang marak terjadi sekarang adalah penindasan terhadap TKW (Tenaga Kerja Wanita).
Melihat hal ini, sejauh apa anggota pemerintahan perempuan membela kaumnya untuk lepas dari kekerasan ini? lalu mengapa itu semua maish terjadi? Apakah tidak ada solusi untuk memecahkan masalah tersebut? Apakah perempuan di pemerintah tidak cukup mampu menyelesaikan permasalahan ini?.

Untuk menjawab pertanyaan ini, mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad, Surya Rianto,mewawancarai Meilina Kartika Kadir, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Barat. Anggota dewan tingkat satu di provinsi jawa barat ini meraih gelar terakhir di UPN (Universitas Pembangunan Nasional) Veteran Jakarta. Meiliana sudah dua periode ini menduduki jabatan anggota dewan tingkat satu Jawa Barat.

Berikut petikan wawancara saya dengan meilina di kantornya saat istirahat sidang paripurna pukul 11.15 WIB di ruang tunggu Fraksi PDI-P kantor DPRD Jawa Barat, Jl. Dipenogoro, Bandung :

 

Senin, 05 September 2011

Kembang Api di Malam yang Tertunda


keramaian pengunjung di malam takbiran yang tertunda di depan masjid Al-Azhom

Saat itu sekitar pukul tujuh malam,langit di kota Tangerang yang sudah berubah gelap. Namun, malam ini warna langit lebih berwarna dengan suara yang bergemuruh. Saya saat itu sedang mengendarai motor di jalan sudirman Tangerang sempat kaget dengan bunyi kembang api tersebut.  Malam ini sangat meriah, warna-warni kembang api dari segala penjuru tampak dari satu posisi tempat saya saat itu.
Saya berjalan menuju masjid yang kubahnya terbesar di Asia Tenggara yang berada di  kota Tangerang. Masjid Al-Azhom yang terkenal dengan kubahnya tersebut berada tepat di depan pusat pemerintahan kota Tangerang. Saat sampai di sekitar pusat pemerintahan kota Tangerang sudah ramai para pedagang-pedagang dari penjual makanan dan mainan hingga petasan.

Senin, 22 Agustus 2011

Meteor Terlarang (2)


Perlahan-lahan kurnag lebih selama sebulan lelaki misterius tersebut akhirnya sedikit demi sedikit kembali ingatannya. Perlahan pula ia sudah mulai tidak takut kepada manusia dan berkomunikasi dengan lainnya. Meta cukup senang dengan hal tersebut walaupun masih sedikit ada kesedihan dalam hatinya ketika ia harus ditinggalkan oleh kekasihnya dengan kasus yang belum jelas sampai sekarang.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bandung, 28 Juli 2026 Pkl: 11.00
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Entah apa yang menyebabkan siang itu lelaki misterius yang sekarang bernama Rico itu sangat girang. Tak henti-hentinya ia tersenyum di sepanjang waktu pagi hingga sekarang.  Meta mengajaknya ke sebuah taman ria indoor yang berada di kota bandung ini. Wajahnya berbinar seperti anak kecil yang di ajak kakaknya bermain.

"Meta, kamu tampak lelah sepertinya?" Kini Rico menarik tangan Meta menuju sebuah wahana permainan lainnya.

Setelah Meta berkata keras untuk istirahat terlebih dahulu, Rico pun menurutinya dan masuk ke sebuah tempat makan yang Meta sangat inginkan saat itu. Rico tetap memegang erat tangan Meta, cukup aneh karena eratnya pegangan dari Rico saat ini cukup berbeda. Ada kehangatan tersendiri yang dikeluarkan oleh aura dalam tubuhnya yang membuat Meta merasa nyaman.

Perasaan aneh lagi muncul ketika Meta menatap langsung mata Rico dalam-dalam sehingga seolah mereka berdua terjebak dalam dunia yang dibuatnya sendiri. mereka sempat bertatapan cukup lama antara satu sama lain ketika mangkuk mie Jogja mereka berdua habis bersih tanpa tersisa.

"Aduh kepalaku pusing sekali," tiba-tiba Rico memegang kepalanya dan merintih tampak sangat kesakitan.

Meta melihatnya cukup panik. Tubuh Rico pun terjerembab ke lantai, mangkuk mie jogja yang sudah habis itu pecah dan mengenai keningnya. Kening Rico tampak sedikit terluka mengeluarkan sebercak darah yang membuat Meta tambah panik. Orang sekitar yang juga pengunjung hanya mengerubunin dan melihat Rico kesakitan. Meta menjatuhkan air matanya perlahan-lahan melihat Rico yang sangat tersiksa.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Meteor Terlarang (1)



Langit saat itu tak menandakan apapun pada dunia, hingga terciptanya sebuah coretan harian dari seorang gadis bernama Meta Ayu seorang dokter dalam bidang memori di sebuah rumah sakit terkemuka di Bandung. Pukul 15.59 di Jakarta saat itu benar-benar tenang dan damai. Semua aktifitas berjalan seperti biasa tidak ada sebuah pertanda akan terjadinya sebuah kejadia dunia yang tidak pernah terlupakan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jakarta, 16 Juni 2016, Pkl 15.59 WIB
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kakak, bikinin aku mi goreng dong, laper nih," Pinta seorang lelaki cilik dengan rambutnya yang botak sambil memukul-mukul paha kakaknya dengan manja.

Meta pun mengindahkan pinta adiknya tersebut, satu-satunya adik yang sekarang sedang berusia sepuluh tahun terpaut tiga tahun dengannya. Ia pergi ke dapur untuk segera menyiapkan permintaan lelaki cilik yang disayanginya tersebut.

"kakak pergi ke warung dulu ya sebentar," Meta langsung berbegas ke warung untuk membeli mie instant yang ternyata stoknya habis di dapur rumahnya.