Sabtu, 20 Agustus 2011

Meteor Terlarang (1)



Langit saat itu tak menandakan apapun pada dunia, hingga terciptanya sebuah coretan harian dari seorang gadis bernama Meta Ayu seorang dokter dalam bidang memori di sebuah rumah sakit terkemuka di Bandung. Pukul 15.59 di Jakarta saat itu benar-benar tenang dan damai. Semua aktifitas berjalan seperti biasa tidak ada sebuah pertanda akan terjadinya sebuah kejadia dunia yang tidak pernah terlupakan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jakarta, 16 Juni 2016, Pkl 15.59 WIB
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kakak, bikinin aku mi goreng dong, laper nih," Pinta seorang lelaki cilik dengan rambutnya yang botak sambil memukul-mukul paha kakaknya dengan manja.

Meta pun mengindahkan pinta adiknya tersebut, satu-satunya adik yang sekarang sedang berusia sepuluh tahun terpaut tiga tahun dengannya. Ia pergi ke dapur untuk segera menyiapkan permintaan lelaki cilik yang disayanginya tersebut.

"kakak pergi ke warung dulu ya sebentar," Meta langsung berbegas ke warung untuk membeli mie instant yang ternyata stoknya habis di dapur rumahnya.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bandung, 17 Juni 2016, Pukul 08.00 WIB -------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Meteor Lenyapkan Ibukota" Ari, seorang Guru SD di Bandung ini membaca Headline surat kabar hari ini dengan serius. mimik wajahnya tidak biasa, tapi tidak ia saja yang membaca Headline hari ini dengan serius. Karena sebuah meteor seukuran Dispenser telah melenyapkan kota Jakarta dalam sekejap pukul empat sore kemarin. Situasi Indonesia pun di rudung duka yang mendalam atas banyaknya korban yang berjatuhan pada kejadian tersebut. Walaupun memang ada beberapa diantaranya yang beruntung dapat selamat.

Setelah sekilas membaca isi Headline hari itu, ia langsung berangkat menuju sekolahnya untuk menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Sepeda motor tahun 90an itu menemaninya di perjalanan yang padat di kota kembang tersebut. Masyarakat sekitar masih cukup meramaikan kejadian meteor jatuh yang ada di ibukota. Saat berhenti di lampu merah seorang loper koran pun meneriakkan kejadian tersebut dengan keras agar surat kabar yang ia jual dapat habis hari itu.

"Selamat Pagi Anak-anak, bagaimana dengan pekerjaan rumah kalian?" tanya Ari kepada pasukan cilik kelas 4 SDnya tersebut.

Pasukan ciliknya itu pun berteriak dengan riangnya karena semuanya sudah mengerjakan tugas rumah mereka masing-masing. satu per satu anak-anak maju ke depan mengumpulkan tugas mereka di sebuah buku bergaris yang bersampul dan bertuliskan "Buku Pekerjaan Rumah".

"Pak, Ibukota Indonesia sekarang dimana? kan Jakarta sudah hancur di serang meteor," Ari sedikit terkejut dengan pertanyaan salah satu anak didiknya tersebut.

Cukup berpikir sebentar akhirnya Ari menjawab bagaimana semestinya seorang guru yang ditanya oleh muridnya.Adit pun tampaknya sedikit masih ada pertanyaan dalam pikirannya, tapi ia mencoba memuaskan dirinya sendiri.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jakarta, 28 Mei 2026, Pukul 13.20 WIB
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah kurang lebih sepuluh tahun kota yang pernah menjadi ibukota Indonesia ini menjadi daerah isolasi. beberapa peneliti sering berdatangan untuk meneliti terutama mahasiswa yang meneliti bebatuan luar angkasa. Pasalnya bekas meteor disana belum diangkut dan tetap berada di tempat jatuhnya karena beratnya yang luar biasa. Bahkan alat berat pun tidak bisa mengangkatnya.

Adit, bersama tim penelitinya berusaha memasuki kawasan isolasi itu lebih jauh lagi. Ia tidak hanya meneliti bebatuan meteor yang masih berada di sana, tetapi ya mengecek daerah sekitar yang dipenuhi dengan reruntuhan. Namun, ketika ia berjalan melewati reruntuhan rumah-rumah yang tampaknya dulu adalah kawasan perumahan terdengar suara dan sedikit tanda-tanda kehidupan. Ia pun memeriksa lebih jauh, dan membongkar puing-puing reruntuhan tersebut.

Adit bersama tiga orang dalam tim penelitiannya terus menggali puing-puing bangunan yang terdengar seperti ada suara kehidupan tersebut hingga memakan waktu sekitar empat jam. Setelah tetesan keringat Adit beserta pasukannya menetes di titik terkencang tampaklah seorang lelaki yang tanpa busana membuat salah seorang anggota penelitian Adit yang perempuan berteriak dan mengagetkan si orang misterius di reruntuhan tersebut.

Namun, orang misterius dari reruntuhan itu tampak tidak terbiasa dengan sinar matahari senja yang mengenai wajahnya. Ia pun tampak ketakutan melihat Adit memberikan tangannya untuk segera di bawa ke rumah sakit. Orang misterius tersebut malah berlari dari Adit, langsung Adit mengejarnya karena mungkin ada hal yang menarik bila berhasil berbicara dengan orang tersebut.

"Hei tenang saya tidak akan melakukan tindakan yang aneh-aneh, saya hanya ingin menyelamatkanmu," Orang misterius tersebut sejenak berhenti dari larinya dan menatap Adit dalam-dalam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya, Lelaki misterius yang ditemui Adit di reruntuhan Jakarta tersebut di bawa ke rumah sakit di Kota Bandung. Secara keseluruhan, lelaki misterius tersebut sungguh beruntung karena sudah sepuluh tahun ia terjebak di sana. Lalu, Kondisinya baik-baik saja hanya lemah karena tidak makan dan minum. Tapi, Ajaibnya ia masih hidup hingga detik ini, Hanya saja trauma berat diterimanya hingga mungkin akan sulit untuk berkomunikasi.

Adit menjenguknya dengan membawa seplastik makanan yang cukup banyak. Saat ini, ia tampak seperti hewan ketika menemui makanan. Lalu, Adit mencoba bertanya kepada orang misterius tersebut mengenai bagaimana ia bisa selamat sampai sekarang. Sejenak lelaki tersebut menghentikan makannya. Namun, Pertanyaan Adit di acuhkannya dan ia melanjutkan makan.

"Untuk saat ini ia tidak bisa di ajak berkomunikasi terkebih dahulu karena masih agak trauma atas apa yang dialaminya sepanjang sepuluh tahun tersebut," Tiba-tiba datang dokter Meta dari balik pintu ruangan lelaki misterius ini.

Dokter Meta yang juga merupakan kekasihnya Adit ini menjelaskan kepada kekasih yang disayanginya tersebut tentang kondisi lelaki tersebut. Adit pun memahami dan menunggu selama sebulan lagi untuk bisa menguak bagaimana ia bisa bertahan dan seperti apa kejadian meteor itu sesungguhnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bandung, 28 Juni 2026, Pkl 8.00 WIB
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Seorang Mahasiswa Tewas Setelah Melakukan Penelitian" sebuah judul Headline yang membuat Meta menjatuhkan air matanya begitu banyak selama tiga hari kemarin. Secara misterius Adit tewas di rumahnya setelah tiga minggu sesampainya di Bandung dari Jakarta untuk melakukan penelitian. Posisi kematiannya cukup tidak wajar, tidak seperti bunuh diri melainkan seperti sebuah kasus pembunuhan. Meta tersedu-sedu tiga hari memikirkan kekasihnya yang tewas tersebut, saksi mata hanyalah lelaki misterius yang berada di rumah Adit dan itupun ia tidak bisa diajak berkomunikasi.

Kini, Lelaki misterius tersebut Meta yang menjaganya, pagi itu perempuan berparas manis dan berambut lurus panjang ini menatap lelaki misterius dengan serius dan memberikannya pertanyaan yang membuat lelaki itu berpikir sejenak.

"Kamu menannyakan nama saya?" Meta tersenyum ketika ia memberikan respon kepadanya.

Sekitar sepuluh menit lelaki itu berpikir sambil menatap mata Meta. Perempuan itu pun setia menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya. Bahkan sampai dua puluh menit, lelaki misterius itu masih terdiam membisu tanpa ada suara yang keluar dari mulutnya.

"Nama saya ya?" Meta menatapnya dengan serius ketika ia kembali merespon.

Kembali lelaki itu berpikir dan tiba-tiba saja ia terjatuh dari sofa ruang tengah Meta. Perempuan manis tersebut terkejut dan langsung memanggil pembantunya untuk membantu mengangkat Lelaki tersebut ke dalam kamarnya untuk diistirahatkan sejenak. Meta begitu ketakutan, tubuhnya gemetar melihat lelaki misterius dihadapannya pingsan seketika.
--------------------------------------------------- Bersambung ---------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar